Pertumbuhan perusahaan kerajinan Medan tidak semarak kota budaya seperti Yogyakarta, Surakarta, Bali atau kota-kota di Papua,
Tapi di tangan Safri Ali, tepatnya di kota yang jauh dari fasilitas kerajinan tangan itu dipandang sebagai peluang perusahaan kerajinan tangan yang mampu
untuk mendapatkan penghasilan. Selain itu, Safri memanfaatkan limbah dan tidak membutuhkan dana untuk menerimanya. Penanganan limbah adalah zat
berhasil dikonversi menjadi produk dan rasa seni yang tinggi. Pria yang kini juga merambah pengusaha di dunia ternyata tidak
menghasilkan massa Untuk satu jenis produk, terkadang bikin beberapa bulan kemudian dan sekitar 50-an re-produksi lagi. Ini,
Menurut Safri adalah strategi pemasarannya untuk mempertahankan suku bunga pasar. "Saya memulai bisnis kerajinan ini sejak tahun 1998. Awalnya
Item pertama yang kami tawarkan juga tidak terlalu banyak, tapi seiring berjalannya waktu kami menambahkan item produk yang diminati oleh masyarakat. Beberapa produk kami
sangat diminati, antara lain kotak tisu, kotak majalah, tempat lilin, tempat sendok dan sebagainya. "Terungkap pria yang pernah punya
MURI merekam karena kemenangannya membuat lukisan teh bubuk ini. Mengapa batang pisang? Safri sangat khawatir. Dia punya
sebuah visi untuk sampah sekitar menjadi barang operasional yang memiliki nilai dan keuntungan ekonomis. Selain itu, peluang bisnis
yang menggunakan limbah tetap tidak jauh untuk dimainkan. Jadilah bagian dari karya seni, kerajinan Safri juga bisa menciptakan barang-barang cantik seperti
lampu dekoratif, kotak pena, kotak tisu dan sebagainya. Safri mengaku mengejar peluang bisnis ini karena kepeduliannya
lingkungan, serta gairahnya untuk dunia seni. Dalam beberapa omset yang bisa diambil Safri dari perusahaan ini adalah bagus.
Pesanan barang dalam sebulan. Dalam prosesnya dibantu Safri. Meski diakui Safri seandainya pasar kerajinan tangan di Indonesia
Medan yang kurang terbentang bila dibandingkan dengan pasar di Jawa, bagaimanapun, Safri yakin itu dilengkapi untuk terus berlanjut
bertahan dan berproduksi Anda memiliki tekad namun tetap bingung karena mereka tidak memiliki cukup dana? Pikirkan
Memulai wiraswasta dengan sesuatu yang Anda sukai, dari hobi misalnya. Sebuah hobi tentu bisa melahirkan bisnis
kesempatan di masa depan Kisah sukses pengusaha di bawah ini adalah inspirasi yang bagi pengusaha tidak selalu ada
modal. Sumber inspirasi kami adalah Bapak Safri Ali, seorang pengrajin kerajinan tangan dari kota Medan. Pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Maret, itu
menjadi anugerah bagi Safri, karena pada bulan-bulan itu ada sebuah helikopter dari Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU). Pemerintah mengadakan
sebuah pasar seni yang dinikmati para pengrajin rumah. Omset yang diperoleh pada bulan itu berhasil mengumpulkan puluhan juta.
(bn) Pengantarnya ke firma tersebut, menurut Safri tidak disengaja. Saat itu saya hanya punya 10 ribu uang, uangnya
maka saya gunakan untuk menghasilkan 3 baki kayu. Satu bakinya saya jual 7 ribu. "Dengan mengubah sampah menjadi barang seni, kita juga memiliki
kesempatan untuk mengajak siapapun untuk peduli terhadap lingkungan lagi. Karena seperti kita ketahui, isu lingkungan saat ini memang
salah satu isu krusial "Safri menambahkan, Sesuai dengan Safri proses pembuatan kerajinan dan kesenian tidak ribet dan
rumit. Bahan dasar seperti batang pisang sebelumnya menabrak koran yang didaur ulang dan bubur, berikut
menjadi bubuk, kita sekarang hanya kreasikan. Selain batang pisang, Safri juga memanfaatkan komponen seperti tempurung kelapa, air
eceng gondok, kulit jagung dan lain-lain.Baca juga: pusat plakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar